Minggu, 29 Juni 2014

Tak Kenal Tak Sayang

Hari ini, sesuai "kesepakatan" yang teramini sejak sekitar tahun 2004, umat Paroki Santo Paulus Kulibul merayakan 53 tahun Gereja Kulibul sekaligus pesta pelindung. Tidak tanggung-tanggung, perayaan ekaristi dilaksanakan oleh 4 konselebran yaitu Pastor Paroki RD Yohanes Martanto, lalu ada romo "pinih sepuh" RD Marcel Gde Miarsa, kemudian RD Komang dan romo putra Paroki Kulibul Yan Madia Adnyana, SVD.

Dalam khotbahnya yang diberi judul "Tak Kenal Tak Sayang", Romo Yan Madia mengajak umat mengenal lebih jauh sosok Santo Paulus dengan merefresh ingatan umat melalui pertanyaan langsung yang kemudian ditanggapi oleh Suster Andreana, dan dua orang bapak. Suster Andreana, yang juga putri asal Paroki Kulibul dan kini bekerja di Semarang, mengatakan bahwa Paulus itu dulunya adalah seorang Farisi yang disebut Saulus yang kemudian bertobat setelah mendapatkan penampakan Tuhan. Setelah pertobatan, namanya menjadi Paulus, rasul yang sangat getol memberitakan Yesus ke seluruh dunia. Dua Bapak yang lain juga intinya memberi jawaban yang kurang lebih sama.

Tidak ada yang salah dari jawaban yang diberikan oleh umat. Romo Yan kemudian lebih memperjelas ingatan umat sekalian dengan memaparkan secara lebih detil siapa Santo Paulus. Paulus adalah rasul Agung, Pewarta Sabda Keselamatan yang sangat militan, jauh lebih fanatik ketika dia menjadi Farisi "Saulus" yang membantai umat Tuhan. Suatu perubahan yang sangat fundamental dan 180 derajat. Sejajar dengan itu, dipaparkan juga Rasul Petrus. Keduanya sebenarnya menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi. Dan perayaannya pun menurut tradisi Katolik, kedua rasul Agung tersebut dalam hari yang bersamaan dan biasanya disebut sebagai parayaan Santo Petrus dan Paulus. Dan seingat Romo, awalnya, kalau tidak salah kata Romo, Gereja kita ini juga pelindungnya adalah Petrus dan Paulus. "Entah kenapa, saya tidak tahu persis, mengapa kemudian tinggal sebagian saja, Paulus", ungkap Romo Yan.

Pada diri Rasul Petrus, kita lebih mengenal sebagai sosok yang memantapkan Gereja ke dalam, sedangkan Paulus membawa Gereja ke seluruh dunia. Keduanya sering berbeda dalam pandangan, namun soal ketaatan pada Tuhan, mereka tidak ada toleransi. Mereka salam satu kesatuan yang utuh tak terpisahkan patuh dan taat pada Tuhan.

Kesatupaduan dan keutuhan inilah yang mestinya juga menjadi harta nilai yang kita pelihara dan kembangkan di Paroki Kulibul ini. "Kita mempunyai gereja stasi yang bagus, dan juga menjadi tempat ibadah. Kapela di stasi memang ditujukan untuk menyediakan tempat ibadah bagi umat. Siapa pun boleh beribadah di sana, demikian juga di Gereja Paroki. Stasi adalah milik Paroki, ada dalam satu kesatuan Paroki". Demikian Romo Yan seperti mengingatkan umat Paroki Kulibul akan situasi "kurang nyaman" dan terkesan terjadi "friksi" di kalangan umat belakangan ini sejak hadir dan dimanfaatkannya Kapela Gembala Baik Pegending.

Perayaan ekaristi yang dimeriahkan oleh Koor Mudika Santo Paulus Kulibul, yang dengan madah indahnya telah menghantarkan umat paroki khusuk masuk dalam puja puji bagi Allah Tritunggal Mahakudus, diakhiri berkat meriah oleh pastor paroki. Ada dua sambutan yang yang disampaikan sebelum berkat penutup. Pertama dari DPP Wayan Alit Sunarsa dan yang kedua dari Pastor Paroki RD Yohanes Martanto.

Santapan rohani melalui perjamuan agung ekaristi, dibarengi juga dengan santapan jasmani berupa nasi bungkus yang dibagikan kepada umat usai perayaan ekaristi. Sederahana tetapi kemeriahan dan kegembiraan rohani itu yang utama. Selamat Ulang Tahun, Selamat merayakan Pesta Pelindung untuk Umat Paroki Kulibul!!!