Kembali ke perayaan Minggu Palma itu. Upacara dimulai pada pukul 8:00. Diawali dengan ibadat pemberkatan daun palma di Pastoran Kulibul. Kemudian dilanjutkan dengan perarakan dari Pastoran menuju gereja. Ga jauh amat, sekitar 150 meter. Di kanan kiri jalan telah dipasang "penjor tunggul" yang khas Bali sehingga suasana meriah semakin tampak. Lebih dari itu, instrumen musik Bali, baleganjur mengiringi prosesi yang dipimpin oleh pastor paroki sendiri Romo Yohanes Martanto, Pr. Meriah....sungguh meriah. Sebuah perayaan iman yang sarat dengan nilai-nilai dan keutamaan lokal. Satu kesadaran yang coba dibangun bahwa Gereja memang tidak bisa lepas dan tercerabut dari akar nilai-nilai setempat, justru karena pendukung utama Gereja, yang dipanggil dan dihimpun oleh Kristus adalah manusia-manusia yang dihadirkan oleh BapaNYA sendiri dengan "habitat"nya masing-masing. Maka, apakah manusia-manusia Katolik yang tunduk dan harus berjalan di atas ajaran para Pemimpin Gereja harus mengingkari karakteristik tak terbantah ini dan berkelit dengan pembelaan bahwa Gereja itu adalah "Satu"? Tampaknya hipokrit. Weleh weleh weleh ngelantur lagi.
Prosesi mengenang bagaimana Yesus disambut dan dielu-elukan di Yerusalem berjalan dengan lancar dan tertib. Ini tentu didukung oleh kerja sama yang baik dari seluruh petugas keamanan, baik dari Kepolisian, para Pecalang dan petugas keamanan intern Paroki. Beberapa saat jalur utama Aseman - Dalung di depan gereja memang macet. Namun toleransi yang ditunjukkan oleh masyarakat pengguna jalan dan masyarakat sekitar adalah nilai keuatamaan lainnya yang dimiliki dan diwujudkan oleh masyarakat umum dan masyarakat Bali khususnya.
Terima kasih untuk semuanya, untuk semua kebaikan yang dihadirkan dan dibagikan sehingga umat Paroki Kulibul boleh menerima anugerah kasih yang sangat menenteramkan untuk melaksanakan perayaan Minggu Palma dengan khusuk dalam terang iman.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih, komentar Anda akan sangat berguna bagi kami.